BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di dalam
kehidupan sehari-hari, kehidupan manusia seakan tidak bisa terlepas dari ilmu
sains. Ilmu sains ini sendiri telah mengalami banyak perkembangan seiring
dengan majunya teknologi pada era globalisasi. Salah satu cabang ilmu sains
yang mempelajari tentang makhluk hidup adalah biologi.
Dan salah satu cabang
dari ilmu biologi adalah mikrobiologi. Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
jasad renik atau mikrobia. Mikrobia berasal dari kata mikro yang berarti sangat
kecil dan bio yang artinya hidup. Dengan demikian Mikrobia adalah jasad hidup yang sangat kecil dan tidak
dapat dilihat tanpa mikroskop. Mikrobia meliputi semua jasad mikroskopik yang
terdiri dari Arkhaebakteri, Khamir, Bakteri, Fungi, Sianobakteri, dan
Protozoa. Mikrobia merupakan jasad uniseluler dengan sifatnya yang berbeda
dari tumbuhan maupun hewan. Mikrobia mampu hidup dimana saja, di lingkungan
yang lembab, kering, suhu tinggi, maupun suhu rendah. Sel mikrobia mampu
melakukan proses untuk kelangsungan hidupnya tanpa tergantung pada sel-sel yang
lain dan sel mikrobia dapat memproduksi tenaga maupun berkembang biak tanpa
tergantung sel lain.
Tujuan
adanya mikrobiologi pada sistem imunitas adalah untuk memberikan gambaran kepada penulis tentang mikrobiologi
pada sistem imunitas dan
cara penanganannya menurut konsep ilmu. Mikrobiologi pada sistem imunitas memberikan gambaran tentang apa
yang harus dilakukan dan kesulitan – kesulitan yang akan dihadapi saat
penulisan makalah. Dengan mikrobiologi pada sistem imunitas, seorang penulis mampu mengambil
sikap dan keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah penulisan makalah. Oleh
karena itu, makalah ini akan membahas tentang mikrobiologi
pada sistem imunitas.
Berdasarkan
ketertarikan penulis terhadap mikrobiologi pada sistem imunitas, maka lahirlah makalah
yang berjudul “Mikrobiologi pada Sistem Imunitas “.
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan di atas,
maka tujuan penulisan ini adalah :
1.
Mengetahui pengertian sistem imunitas.
2.
Mengetahui fungsi sistem imunitas.
3.
Mengetahui macam-macam sistem imunitas.
4.
Mengetahui lapisan pelindung pada imunitas.
5.
Mengetahui imunitas bawaan.
6.
Mengetahui imunitas adaptif.
7.
Mengetahui penyakit terhadap imunitas.
C. Manfaat Penulisan
Hasil pelaksanaan penulisan makalah ini akan memberi manfaat
yang berarti bagi mahasiswa dan instansi, diantaranya adalah :
1.
Bagi Mahasiswa
Penulisan makalah ini bermanfaat
bagi mahasiswa dalam memberikan informasi kepada mahasiswa yang belum
mengetahui mikrobiologi pada sistem imunitas.
2. Bagi Instansi
Dengan
penulisan makalah ini, akan memberikan manfaat bagi instansi sebagai
media informasi pembelajaran yang dapat membantu dalam proses belajar mengajar
serta penambah wawasan informasi dalam materi pembelajaran blok I.
BAB II
ISI
DAN TEORITIS
A. Pengertian Sistem Imunitas
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai
macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan
mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem
ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi
organisme.
Beberapa
mekanisme telah berevolusi yang menetralisir patogen. Bahkan organisme uniselular seperti bakteri dimusnahkan oleh sistem enzim yang melindungi terhadap infeksi virus. Mekanisme imun lainnya yang berevolusi pada eukariota kuno dan tetap pada keturunan modern, seperti tanaman, ikan, reptil dan serangga. Mekanisme tersebut termasuk peptida
antimikrobial
yang disebut defensin, fagositosis, dan sistem komplemen. Mekanisme yang lebih berpengalaman
berkembang secara relatif baru-baru ini, dengan adanya evolusi vertebrata. Imunitas vertebrata seperti manusia berisi banyak jenis protein, sel, organ tubuh dan jaringan yang berinteraksi pada
jaringan yang rumit dan dinamin. Sebagai bagian dari respon imun yang lebih kompleks
ini, sistem vertebrata mengadaptasi untuk mengakui patogen khusus secara lebih
efektif. Proses adaptasi membuat memori imunologis dan membuat perlindungan yang lebih efektif selama
pertemuan pada masa depan dengan patogen tersebut. Proses imunitas yang
diterima adalah basis dari vaksinasi.
B. Fungsi Sistem Imunitas
Sistem imun memiliki beberapa fungsi
bagi tubuh, yaitu sebagai:
1. Pertahanan tubuh, yaitu menangkal bahan berbahaya agar
tubuh tidak sakit, dan jika sel-sel imun yang bertugas untuk pertahana ini
mendapatkan gangguan atau tidak bekerja dengan baik, maka oranmg akan mudah
terkena sakit
2. Keseimbangan, atau fungsi homeostatik artinya menjaga
keseimbangan dari komponen tubuh.
3. Perondaan, sebagian dari sel-sel imun memiliki kemampuna
untuk memantau ke seluruh bagian tubuh. Jika ada sel-sel tubuh yang mengalami
mutasi maka sel peronda tersebut akan membinasakannya.
C. Macam-macam Sistem Imunitas
Sistem kekebalan tubuh manusia
dibagi 2, yaitu kekebalan tubuh tidak spesifik dan kekebalan tubuh spesifik.
1. Sistem Imunitas non spesifik
a. Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap pertama
Proses pertahanan tahap pertama ini
bisa juga diebut kekebalan tubuh alami. Tubuh memberikan perlawanan atau
penghalang bagi masuknya patogen/antigen. Kulit menjadi penghalan bagi masuknya
patogen karena lapisan luar kulit mengandung keratin dan sedikit air sehingga
pertumbuhan mikroorganisme terhambat. Air mata memberikan perlawanan terhadap
senyawa asing dengan cara mencuci dan melarutkan mikroorganisme tersebut.
Minyak yang dihasilkan oleh Glandula Sebaceae mempunyai aksi antimikrobial.
Mukus atau lendir digunakan untuk memerangkap patogen yang masuk ke dalam
hidung atau bronkus dan akan dikeluarkjan oleh paru-paru. Rambut hidung juga
memiliki pengaruh karenan bertugas menyaring udara dari partikel-partikel
berbahaya. Semua zat cair yang dihasilkan oleh tubuh (air mata, mukus, saliva)
mengandung enzimm yang disebut lisozim. Lisozim adalah enzim yang dapat
meng-hidrolisis membran dinding sel bakteri atau patogen lainnya sehingga sel
kemudian pecah dan mati. Bila patogen berhasil melewati pertahan tahap pertama,
maka pertahanan kedua akan aktif.
b. Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap ke dua
Inflamasi merupakan salah satu
proses pertahanan non spesifik, dimana jika ada patogen atau antigen yang masuk
ke dalam tubuh dan menyerang suatu sel, maka sel yang rusak itu akan melepaskan
signal kimiawi yaitu histamin. Signal kimiawi berdampak pada
dilatasi(pelebaran) pembuluh darah dan akhirnya pecah. Sel darah putih jenis
neutrofil,acidofil dan monosit keluar dari pembuluh darah akibat gerak yang
dipicu oleh senyawa kimia(kemokinesis dan kemotaksis). Karena sifatnya
fagosit,sel-sel darah putih ini akan langsung memakan sel-sel asing tersebut.
Peristiwa ini disebut fagositosis karena memakan benda padat, jika yang dimakan
adalah benda cair, maka disebut pinositosis.
Makrofag atau monosit bekerja
membunuh patogen dengan cara menyelubungi patogen tersebut dengan
pseudopodianya dan membunuh patogen dengan bantuan lisosom. Pembunuh dengan
bantuan lisosom bisa melalui 2 cara yaitu lisosom menghasilkan senyawa racun
bagi si patogen atau lisosom menghasilkan enzim lisosomal yang mencerna bagian
tubuh mikroba. Pada bagian tubuh tertentu terdapat makrofag yang tidak
berpindah-pindah ke bagian tubuh lain, antara lain : paru-paru(alveolar
macrophage), hati(sel-sel Kupffer), ginjal(sel-sel mesangial), otak(sel–sel
microgial), jaringan penghubung(histiocyte) dan pada nodus dan spleen.
Acidofil/Eosinofil berperan dalam menghadapi parasit-parasit besar. Sel ini
akan menempatkan diri pada dinding luar parasit dan melepaskan enzim penghancur
dari granul-granul sitoplasma yang dimiliki. Selain leukosit, protein
antimikroba juga berperan dalam menghancurkan patogen.
Protein antimikroba yang paling
penting dalam darah dan jaringan adalah protein dari sistem komplemen yang
berperan penting dalam proses pertahan non spesifik dan spesifik serta
interferon. Interferon dihasilkan oleh sel-sel yang terinfeksi oleh virus yang
berfungsi menghambat produksi virus pada sel-sel tetangga. Bila patogen
berhasil melewati seluruh pertahanan non spesifik, maka patogen tersebut akan
segera berhadapan dengan pertahanan spesifik yang diperantarai oleh limfosit.
2. Sistem Imunitas Spesifik
a. Imunitas Diperantai Antibodi
Untuk respon imun yang diperantarai
antibodi, limfosit B berperan dalam proses ini, dimana limfosit B akan melalui
2 proses yaitu respon imun primer dan respon imun sekunder.Jika sel limfosit B
bertemu dengan antigen dan cocok, maka limfosit B membelah secara mitosis dan
menghasilkan beberapa sel limfosit B. Semua Limfosit b segera melepaskan
antibodi yang mereka punya dan merangsang sel Mast untuk menghancurkan antigen
atau sel yang sudah terserang antigen untuk mengeluarkan histamin. 1 sel
limfosit B dibiarkan tetap hidup untuk menyimpan antibodi yang sama sebelum
penyerang terjadi. Limfosit B yang tersisa ini disebut limfosit B memori.
Inilah proses respon imun primer. Jika suatu saat, antigen yang sama menyerang
kembali, Limfosit B dengan cepat menghasilkan lebih banyak sel Limfosit B
daripada sebelumnya. Semuanya melepaskan antibodi dan merangsang sel Mast
mengeluarkan histamin untuk membunuh antigen tersebut. Kemudian, 1 limfosit B
dibiarkan hidup untuk menyimpan antibodi yang ada dari sebelumnya. Hal ini
menyebabkan kenapa respon imun sekunder jauh lebih cepat daripada respon imun primer.
Suatu saat, jika suatu individu lama
tidak terkena antigen yang sama dengan yang menyerang sebelumnya, maka bisa
saja ia akan sakit yang disebabkan oleh antigen yang sama karena limfosit B
yang mengingat antigen tersebut sudah mati. Limfosit B memori biasanya berumur
panjang dan tidak memproduksi antibodi kecuali dikenai antigen spesifik.
Jika tidak ada antigen yang sama
yang menyerang dalam waktu yang sangat lama, maka Limfosit b bisa saja mati,
dan individu yang seharusnya bisa resisten terhadap antigen tersebut bisa sakit
lagi jika antogen itu menyerang, maka seluruh proses respon imun harus diulang
dari awal.
b. Imunitas Diperantai Sel
Untuk respon imun yang diperantarai
sel, Limfosit yang berperan penting adalah limfosit T. Jika suatu saat ada
patogen yang berhasil masuk dalam tubuh kemudian dimakan oleh suatu sel yang
tidak bersalah(biasanya neutrofil), maka patogen itu dicerna dan materialnya
ditempel pada permukaan sel yang tidak bersalah tersebut. Materi yang tertempel
itu disebut antigen. Respon imun akan dimulai jika kebetulan sel tidak bersalah
ini bertemu dengan limfosit T yang sedang berpatroli, yaitu sel tadi
mengeluarkan interleukin 1 sehingga limfosit T terangsang untuk mencocokkan
antibodi dengan antigennya.
Permukaan Limfosit T memiliki
antibodi yang hanya cocok pada salah satu antigen saja. Jadi, jika antibodi dan
antigennya cocok, Limfosit T ini, yang disebut Limfosit T pembantu mengetahui
bahwa sel ini sudah terkena antigen dan mempunyai 2 pilihan untuk menghancurkan
sel tersebut dengan patogennya. Pertama, Limfosit T pembantu akan lepas dari
sel yang diserang dan menghasilkan senyawa baru disebut interleukin 2, yang
berfungsi untuk mengaktifkan dan memanggil Limfosit T Sitotoksik. Kemudian,
Limfosit T Sitotoksik akan menghasilkan racun yang akan membunuh sel yang
terkena penyakit tersebut. Kedua, Limfosit T pembantu bisa saja mengeluarkan
senyawa bernama perforin untuk membocorkan sel tersebut sehingga isinya keluar
dan mati.
D. Lapisan Pelindung
pada Imunitas
Sistem kekebalan tubuh melindungi
organisme dari infeksi dengan lapisan pelindung kekhususan yang meningkat.
Pelindung fisikal mencegah patogen seperti bakteri dan virus memasuki tubuh. Jika patogen melewati pelindung tersebut, sistem imun bawaan menyediakan perlindungan dengan
segera, tetapi respon tidak-spesifik. Sistem imun bawaan ditemukan pada semua
jenis tumbuhan dan binatang. Namun, jika patogen berhasil melewati respon bawaan,
vertebrata memasuki perlindungan lapisan ketiga, yaitu sistem
imun adaptif
yang diaktivasi oleh respon bawaan.
Disini, sistem imun mengadaptasi
respon tersebut selama infeksi untuk menambah penyadaran patogen tersebut.
Respon ini lalu ditahan setelah patogen dihabiskan pada bentuk memori
imunologikal
dan menyebabkan sistem imun adaptif untuk memasang lebih cepat dan serangan
yang lebih kuat setiap patogen tersebut ditemukan.
Komponen
imunitas
|
|
Respon tidak spesifik
|
Respon spesifik patogen dan antigen
|
Eksposur menyebabkan respon
maksimal segara
|
Perlambatan waktu antara eksposur
dan respon maksimal
|
Tidak ada memori imunologikal
|
Eksposur menyebabkan adanya memori
imunologikal
|
Ditemukan hampir pada semua bentuk
kehidupan
|
Hanya ditemukan pada Gnathostomata
|
Memusnahkan baik molekul sendiri dan non-sendiri. Pada imunologi, molekul sendiri adalah komponen tubuh organisme
yang dapat dimusnahkan dari bahan asing oleh sistem imun. Sebaliknya, molekul non-sendiri
adalah yang dianggap sebagai molekul asing. Satu kelas dari molekul non-sendiri
disebut antigen (kependean dari generator antibodi) dan
dianggap sebagai bahan yang menempel pada reseptor
imun spesifik dan mendapatkan respon
imun.
E. Imunitas Bawaan
Mikroorganisme
yang berhasil memasuki organisme akan bertemu dengan sel dan mekanisme sistem
imun bawaan. Respon bawaan biasanya dijalankan ketika mikroba diidentifikasi
oleh reseptor pengenalan susunan, yang mengenali komponen yang
diawetkan antara grup mikroorganisme. Pertahanan imun bawaan tidak spesifik,
berarti bahwa respon sistem tersebut pada patogen berada pada cara yang umum.
Sistem ini tidak berbuat lama-penghabisan imunitas terhadap patogen. Sistem
imun bawaan adalah sistem dominan pertahanan seseorang pada kebanyakan
organisme.
1.
Pelindung humoral dan kimia
a. Peradangan
Peradangan adalah salah satu dari
respon pertama sistem imun terhadap infeksi. Gejala peradangan adalah kemerahan
dan bengkak yang diakibatkan oleh peningkatan aliran darah ke jaringan. Peradangan diproduksi
oleh eikosanoid dan sitokin, yang dikeluarkan oleh sel yang
terinfeksi atau terluka. Eikosanoid termasuk prostaglandin yang memproduksi demam dan pembesaran pembuluh darah berkaitan dengan peradangan, dan leukotrin yang menarik sel darah putih (leukosit). Sitokin umum termasuk interleukin yang bertanggung jawab untuk
komunikasi antar sel darah putih; Chemokin yang mengangkat chemotaksis; dan interferon yang memiliki pengaruh anti virus, seperti menjatuhkan protein
sintesis pada sel
manusia. Faktar pertumbuhan dan faktor sitotoksik juga dapat dirilis. Sitotokin
tersebut dan kimia lainnya merekrut sel imun ke tempat infeksi dan menyembuhkan
jaringan yang mengalami kerusakan yang diikuti dengan pemindahan patogen.
b. Sistem komplemen
Sistem komplemen adalah kaskade
biokimia yang
menyerang permukaan sel asing. Sistem komplemen memiliki lebih dari 20 protein
yang berbeda dan dinamai karena kemampuannya untuk "melengkapi"
pembunuhan patogen oleh antibodi. Komplemen adalah komponen humoral utama dari respon imun bawaan.
Banyak spesies memiliki sistem komplemen, termasuk spesies bukan mamalia seperti tumbuhan, ikan, dan beberapa invertebrata.
2.
Perisai selular sistem imun bawaan
Leukosit (sel darah putih) bergerak sebagai organisme selular bebas dan merupakan
"lengan" kedua sistem imun bawaan. Leukosit bawaan termasuk fagosit (makrofag, neutrofil, dan sel dendritik), mastosit, eosinofil, basofil dan sel
pembunuh alami.
Sel tersebut mengidentifikasikan dan membunuh patogen dengan menyerang patogen
yang lebih besar melalui kontak atau dengan menelan dan lalu membunuh
mikroorganisme. Sel bawaan juga merupakan mediator penting pada kativasi sistem
imun adaptif.
Fagositosis adalah fitur imunitas bawaan penting yang dilakukan oleh
sel yang disebut fagosit. Fagosit menelan, atau memakan
patogen atau partikel. Fagosit biasanya berpatroli mencari patogen, tetapi
dapat dipanggil ke lokasi spesifik oleh sitokin. Ketika patogen ditelan oleh
fagosit, patogen terperangkap di vesikel intraselular yang disebut fagosom, yang sesudah itu menyatu dengan
vesikel lainnya yang disebut lisosom untuk membentuk fagolisosom. Patogen dibunuh oleh aktivitas enzim pencernaan atau respiratory
burst yang
mengeluarkan radikal bebas ke fagolisosom. Fagositosis
berevolusi sebagai sebuah titik pertengahan penerima nutrisi, tetapi peran ini diperluas di fagosit untuk memasukan
menelan patogen sebagai mekanisme pertahanan. Fagositosis mungkin mewakili
bentuk tertua pertahanan, karena fagosit telah diidentifikasikan ada pada
vertebrata dan invertebrata.
F. Imunitas Adaptif
1. Limfosit
Sel sistem imun adaptif adalah tipe
spesial leukosit yang disebut limfosit. Sel B dan sel T adalah tipe utama limfosit yang berasal dari sel punca hematopoietik pada sumsum tulang. Sel B ikut serta pada imunitas
humoral,
sedangkan sel T ikut serta pada respon imun selular.
Baik sel B dan sel T membawa molekul
reseptor yang mengenali target spesifil. Sel T mengenali target bukan diri
sendiri, seperti patogen, hanya setelah antigen (fragmen kecil patogen) telah
diproses dan disampaikan pada kombinasi dengan reseptor "sendiri"
yang disebut molekul major histocompatibility complex (MHC). Terdapat dua subtipe utama
sel T: sel
T pembunuh dan sel T pembantu. Sel T pemnbunuh hanya mengenali antigen dirangkaikan pada
molekul kelas I MHC, sementara sel T pembantu hanya mengenali antigen
dirangkaikan pada molekul kelas II MHC. Dua mekanisme penyampaian antigen tersebut memunculkan
peran berbeda dua tipe sel T. Yang ketiga, subtipe minor adalah sel
T γδ yang mengenali antigen yang tidak
melekat pada reseptor MHC.
Reseptor antigel sel B adalah
molekul antibodi pada permukaan sel B dan mengenali semua patogen tanpa
perlu adanya proses
antigen. Tiap
keturunan sel B memiliki antibodi yang berbeda, sehingga kumpulan resptor
antigen sel B yang lengkap melambangkan semua antibodi yang dapat diproduksi
oleh tubuh.
2.
Sel T pembunuh
Sel T
pembunuh secara langsung menyerang sel lainnya yang membawa antigen asing atau
abnormal di permukaan mereka.
Sel T pembunuh adalah sub-grup dari sel T yang membunuh sel yang
terinfeksi dengan virus (dan patogen lainnya), atau merusak dan mematikan
patogen. Seperti sel B, tiap tipe sel T mengenali antigen yang berbeda. Sel T
pembunuh diaktivasi ketika reseptor
sel T mereka
melekat pada antigen spesifik pada kompleks dengan reseptor kelas I MHC dari
sel lainnya. Pengenalan MHC ini:kompleks antigen dibantu oleh co-reseptor pada sel T yang disebut CD8. Sel T lalu berkeliling pada tubuh
untuk mencari sel yang reseptor I MHC mengangkat antigen. Ketika sel T yang
aktif menghubungi sel lainnya, sitotoksin dikeluarkan yang membentuk pori
pada membran plasma sel, membiarkan ion, air dan toksin masuk. Hal ini
menyebabkan sel mengalami apoptosis. Sel T pembunuh penting untuk mencegah
replikasi virus. Aktivasi sel T dikontrol dan membutuhkan sinyal aktivasi
antigen/MHC yang sangat kuat, atau penambahan aktivasi sinyak yang disediakan
oleh sel T pembantu.
3.
Sel T pembantu
Sel T pembantu mengatur baik respon imun bawaan
dan adaptif dan membantu menentukan tipe respon imun mana yang tubuh akan buat
pada patogen khusus. Sel tersebut tidak memiliki aktivitas sitotoksik dan tidak
membunuh sel yang terinfeksi atau membersihkan patogen secara langsung, namun
mereka mengontrol respon imun dengan mengarahkan sel lain untuk melakukan tugas
tersebut.
4.
Sel T γδ
Sel
T γδ memiliki reseptor sel T alternatif
yang opposed berlawanan dengan sel T CD4+ dan CD8+ (αβ) dan berbagi
karakteristik dengan sel T pembantu, sel T sitotoksik dan sel NK. Kondisi yang
memproduksi respon dari sel T γδ tidak sepenuhnya dimengerti. Seperti sel T
'diluar kebiasaan' menghasilkan reseptor sel T konstan, seperti CD1d yang dibatasi sel
T pembunuh alami,
sel T γδ mengangkang perbatasan antara imunitas adaptif dan bawaan. Sel T γδ
adalah komponen dari imunitas
adaptif karena
mereka menyusun kembali gen reseptor sel T untuk memproduksi perbedaan reseptor
dan dapat mengembangkan memori fenotipe. Berbagai subset adalah bagian dari
sistem imun bawaan, karena reseptor sel T atau reseptor NK yang dilarang dapat
digunakan sebagai reseptor pengenalan latar belakang, contohnya, jumlah besar
respon sel T Vγ9/Vδ2 dalam waktu jam untuk molekul umum yang diproduksi oleh
mikroba, dan melarang sel T Vδ1+ T pada epithelium akan merespon untuk menekal sel epithelial.
5. Antibodi dan limfosit B
Sel B mengidentifikasi patogen ketika antibodi pada permukaan
melekat pada antigen asing. Antigen/antibodi kompleks ini diambil oleh sel B
dan diprosesi oleh proteolisis ke peptid. Sel B lalu menampilkan
peptid antigenik pada permukaan molekul MHC kelas II. Kombinasi MHC dan antigen
menarik sel T pembantu yang cocok, yang melepas limfokin dan mengaktivkan sel B. Sel B yang
aktif lalu mulai membagi keturunannya (sel plasma) mengeluarkan jutaan kopi limfa yang mengenali antigen itu. Antibodi tersebut diedarkan
pada plasma darah dan limfa, melilit pada patogen menunjukan antigen dan
menandai mereka untuk dihancurkan oleh aktivasi komplemen atau untuk
penghancuran oleh fagosit. Antibodi juga dapat menetralisir tantangan secara
langsung dengan melilit toksin bakteri atau dengan mengganggu dengan reseptor yang
digunakan virus dan bakteri untuk menginfeksi sel.
6. Imunitas adaptif alternatif
Walaupun molekul klasik sistem imun
adaptif (seperti antibodi dan reseptor
sel T) ada
hanya pada vertebrata berahang, molekul berasal dari limfosit ditemukan pada vertebrata tak berahang primitif, seperti lamprey dan hagfish. Binatang tersebut memproses
susunan besar molekul disebut reseptor limfosit variabel yang seperti reseptor
antigen vertebrata berahang, diproduksi dari jumlah kecil (satu atau dua) gen. Molekul tersebut dipercaya melilit
pada patogen dengan cara yang sama dengan antibodi dan dengan tingkat
spesifisitas yang sama.
G.
Penyakit Terhadap Imunitas
1. Autoimunitas
Gangguan ini disebut gangguan atau
penyakit autoimun. Gangguan autoimun adalah suatu kondisi yang terjadi ketika
sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang dan menghancurkan jaringan
sehat.
Seperti dilansir dari NLM,
Selasa (27/4/2010), gangguan autoimun dapat mengakibatkan hal-hal sebagai
berikut:
a. Perusakan satu
atau lebih jenis jaringan tubuh
b. Pertumbuhan organ
abnormal
c. Perubahan fungsi
organ
Berikut beberapa contoh penyakit
karena serangan sistem imun tubuh sendiri:
a. Hashimoto
tiroiditis (gangguan kelenjar tiroid)
b. Pernicious
anemia (penurunan sel darah merah yang terjadi ketika tubuh tidak dapat dengan baik menyerap vitamin B12 dari
saluran pencernaan)
c. Penyakit
Addison (penyakit yang terjadi ketika kelenjar adrenal tidak memproduksi cukup hormon)
d. Diabetes tipe I
e. Rheumatoid arthritis (radang sendi)
f. Systemic
lupus erythematosus (SLE atau gangguan autoimun kronis, yang mempengaruhi
kulit, sendi, ginjal dan organ lainnya)
g. Dermatomyositis (penyakit otot yang dicirikan
dengan radang dan ruam kulit)
h. Sjorgen sindrom (kelainan autoimun dimana
kelenjar yang memproduksi air mata
i. Multiple
sclerosis (gangguan autoimun yang mempengaruhi otak dan sistem saraf pusat
tulang belakang)
j. Myasthenia gravis (gangguan neuromuskuler yang
melibatkan otot dan saraf)
k. Reactive arthritis (peradangan sendi, saluran
kencing dan mata)
l. Penyakit Grave (gangguan autoimun yang
mengarah ke kelenjar tiroid hiperaktif)
2.
Hipersensitivitas
Hipersensitivitas (atau reaksi
hipersensitivitas) adalah reaksi berlebihan, tidak diinginkan (merusak,
menghasilkan ketidaknyamanan, dan terkadang berakibat fatal) yang dihasilkan
oleh sistem
kekebalan normal. Berdasarkan mekanisme dan waktu yang dibutuhkan
untuk reaksi, hipersensitivitas terbagi menjadi empat tipe: tipe I, tipe II,
tipe III, dan tipe IV. Penyakit tertentu dapat dikarenakan satu atau beberapa
jenis reaksi hipersensitivitas.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem imun memiliki beberapa fungsi
bagi tubuh, yaitu pertahanan tubuh, keseimbangan, dan perondaan.
Sistem kekebalan tubuh manusia
dibagi 2, yaitu kekebalan tubuh tidak spesifik dan kekebalan tubuh spesifik. Sistem
kekebalan tubuh melindungi organisme dari infeksi dengan lapisan pelindung kekhususan yang meningkat.
Pelindung fisikal mencegah patogen seperti bakteri dan virus memasuki tubuh.
Pertahanan imun bawaan tidak
spesifik, berarti bahwa respon sistem tersebut pada patogen berada pada cara
yang umum. Sistem ini tidak berbuat lama-penghabisan imunitas terhadap patogen.
Sistem imun bawaan adalah sistem dominan pertahanan seseorang pada kebanyakan
organisme.
B. Saran
Mengingat pelaksanaan penulisan makalah ini baru berjalan sepekan
sehingga hasil yang diperoleh belum maksimal. Oleh karena itu, disarankan
kepada penulis untuk dapat melengkapi informasi
tentang mikrobiologi pada sistem imunitas.
DAFTAR PUSTAKA
Dahl,
M. W. 1981. Clinical Immunodermatologi.
Chicago: Year book med.
Duri
Jati, Wijaya. 2007. Aktif Biologi SMA
Kelas XI. Jakarta: Ganesa Exact
Gould, Dinah, dkk. 2003. Mikrobiologi Terapan
Untuk Perawat.
Jakarta: EGC.
Maryati,
Sri. BIOLOGI SMA Kelas 2. Jakarta:
Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar